Beberapa minggu yang lalu saya baru saja menonton sebuah film katrun yang sangat menarik. Film kartun ini sebetulnya pada awal cerita tidak banyak dialog yang dilakukan. Hanya cerita tentang aktifitas robot pengangkut sampah yang kerjanya merapikan tumpunkan – tumpukan barang yang sudah tidak berguna lagi, seperti besi – besi dan benda tua lainnya yang entah mengapa bisa sampai sebanyak itu. Yang sudah pasti adalah sampah – sampah itu dihasilkan manusia yang dalam film ini diceritakan sudah tak peduli lagi dengan keadaan bumi, bahkan pergi meninggalkan bumi untuk untuk mencari kehidupan baru diluar angkasa dengan bantuan robot – robot yang canggih sehingga dapat bekerja otomatis sesuai dengan apa yang diinginkan manusia. Tersisalah robot kecil pengangkut sampah ini yang masih bertahan mengerjakan tugasnya dibumi dengan setia. Robot kecil ini bernama wall-e, wall-e ini adalah robot lucu, periang, cekatan, dan menggemaskan karena tingkah lakunya yang polos, sayangnya wall-e ini tak memiliki teman, ia merasa kesepian hanya ditemani serangga sejenis kecoak dan tanaman yang ia temukan ditumpukan sampah yang sedang iya rapikan sebagai satu-satunya tanaman yang masih tersisa dibumi dan ia simpan. Sampai pada suatu hari, datanglah sebuah kapal besar yang mendaratkan robot canggih otomatis yang bernama eva kebumi dengan misi mencari tanaman di bumi, adakah yang masih tersisa? Dan bertemulah eva dan wall-e ini walaupun pada awalnya pertemuan mereka tidak meberikan kesan yang baik karena eva mengira bahwa wall-e ini sebagai musuhnya. Tetapi disisi yang lain wall-e begitu gembira karena ada teman baru yang hadir dilingkungannya sampai pada akhirnya eva pun merasakan hal yang sama. Kemudian karena rasa senang yang dialami wall-e ini, membuat wall-e ingin memberikan sesuatu yang membuat eva senang. Akhirnya diberikanlah tanaman yang wall-e temukan sebagai hadiah yang wall-e harap eva dapat menyukainya. Ternyata, tanpa diduga secara otomatis eva mendeteksi tanaman itu dan langsung menyimpannya karena berarti target yang eva cari sudah ditemukan. Maka eva langsung mengirim sinyal ke pesawat yang tadi mengantarnya ke bumi untuk meminta eva kembali dijemput untuk kemudian menyerahkan target yang telah ditemukan.
Hal yang membuat wall-e sedih adalah ketika menunggu pesawat itu keadaan eva adalah mati dan tidak berfungsi lagi, hanya eva masih tetap merekam kejadian disekitarnya selama keadaan robot eva ini tidak aktif. Wall-e tentunya tidak mengerti bahkan tidak mengetahui apa yang sebenarnya eva kerjakan, yang ia tau adalah eva kini menjadi teman barunya dan wall-e sangat menghawatirkan keadaan eva yang tak sadarkan diri, sehingga eva harus dituntun kemanapun wall-e pergi, bahkan sapai rela memayungi eva ketika keadaan hujan.
Tibalah pesawat yang akan menjempun eva dan kemudian dibawalah eva keatas pesawat dan pergilah pesawat itu terbang keluar angkasa. Tapi wall-e tidak tinggal diam, ia pun mngejar eva dengan ikut didalam pesawat itu.
Disinilah cerita yang menjadi puncaknya dimana didalam pesawat ini semua aktifitas manusia dilakukan, disinilah makhluk-makhluk bumi menjalankan hidupnya dengan seba – serbi robot yang terintegrasi dengan setiap tubuh manusia sehingga segala kegiata manusia dapat di otomatisasi dengan perintah robot. Hal ini membuat bobot tubuh manusia yang hidup disana menjadi overweight atau kegemukan, karena kehidupan yang serba otomatis dan manusia tidak perlu membuang buang tenaga untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Mereka hanya duduk disebuah kursi otomatis yang dapat berjalan setengah terbang dan mengantar mereka kemanapun mereka mau. Belum lagi kecanggihan berupa fitur pengatur waktu yang dimiliki kapten dari pesawat yang mereka tinggali ini, si kapten dapat memutar waktu sesuka hatinya, malam jadi siang, siang jadi pagi, atau apapun sesuai kehendaknya. Wow ! rasanya sulit dibayangkan jika ini dapat terjadi di dalam dunia nyata, di kehidupan kita. Walaupun untuk beberapa fitur mungkin saja manusia seperti kita dapat menciptakan alat itu tapi tak terbayangkan lagi seberapa malasnya kelak manusia menjalani hari – harinya, dan mengandalkan alat – alat yang ia ciptakan dengan sejuta kecanggihan yang ditawarkan. Cerita wall-e ini memang masih panjang, samapai pada akhirnya terjadi konflik antara manusia yang menyadari akan keadaan dirinya, tempat tinggalnya, dan bahkan bumi yang tadinya terlupakan kini manusia – manusia itu seolah tersadarkan dari hipnotis yang selalu memanjakan mereka sehingga mereka terlena. Tapi betapa bahagianya ketika mereka kembali mengenal tempat tinggalnya, bumi. Dan berjuang untuk dapat kembali kesana untuk tinggal dan menyelamatkan kehidupan dibumi. Sehingga dimulailah perlawanan manusia ini terhadap robot – robot yang telah menguasai pesawat. Sampai konflik ini memuncak dan akhirnya dimenangkan oleh manusia. Dan dapat merebut kembali kekuasaan dan kendali pesawat iniakhirnya mereka dapat pulang dan memulai hidup kembali di planet bumi.
Sebenarnya cerita ini sederhana, sesederhana yang aku tulis. Tetapi banyak hal yang dapat direnungkan. Bagaimana INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER yang menjadi inti dari cerita di film ini, yaitu tentang penciptaan manusia terhadap mesin – mesin yang berkemampuan hebat yang kecerdasannya hampir menyamai kecerdasan manusia. Seperti yang ada difilm ini bahwa robot – robot yang ada disana seolah mengerti apa yang menjadi keinginan manusia. Didesain sedemikian rupa untuk menjadi alat otomatis yang dapat membantu meringankan pekerjaan manusia bukan menggantikan semua pekerjaan manusia bahkan parahnya sampai menguasai sebagian besar hidup manusia, sehingga segala aktifitas yang dilakukan dibawah kendali robot, walaupun ini mungkin saja terjadi itu artinya bahwa manusia tidak dapat memanfaatkan dengan bijak kemampuan yang dimiliki mesin ciptaannya, selama manusia dapat bijak dan tidak terus selalu mengandalkan kemampuan robot atau mesin tentunya hal ini tidak akan terjadi, karena percayalah, bahwa pada intinya seberapapun hebat dan canggihnya kemampuan robot – robot atau mesin – mesin yang tercipta, tentunya tidak akan melampaui kecerdasan yang dimiliki manusia yaitu kemampuan otak manusia yang dapat berpikir dan berkreasi untuk menciptakan suatu inovasi yang bermanfaat, dan dapat mengambil beragam keputusan dan tindakan yang tentunya merupakan hasil pemikiran, bukan proses robotisasi yang hanya mengenal benar atau salah. Seperti yang diceritakan pada film wall-e ini, pada akhirnya si kapten dapat menemukan tombol yang terdapat pada robot yang fungsinya adalah untuk mematikan atau menonaktifkan robot ini, sehingga si robot tidak lagi berfungsi dan tentunya tidak lagi mempengaruhi bahkan mendominasi pemikiran manusia, sehingga manusia disana dapat kembali berpikir normal, memutuskan kebijakan, dan melakukan tindakan yang berkaitan dengan kepentingan bersama.